Misteri Vela Incident



Pada tanggal 22 September 1979 disekitar Prince Edward Island, tak jauh dari Antartika. satelit buatan Amerika Serikat mendeteksi adanya dua "kilatan cahaya" yang masih menjadi misteri dan menimbulkan perdebatan diantara Para Ahli. Bahkan sampai saat ini, 39 tahun kemudian.



Castle Bravo Blast.jpg
(Foto ledakan bom nuklir "Castle Bravo" milik Amerika, 1954)






Vela Incident atau dikenal juga dengan sebutan South Atlantic Flash (Kilatan cahaya di selatan Atlantik). Adalah sebuah kejadian pada saat Satelit Amerika Serikat bernama "Vela" atau "Vela Hotel", mendeteksi adanya dua kilatan cahaya didekat sebuah pulau bernama Prince Edward, yang lokasinya tidak jauh dari Antartika.




(Satelit Vela-5A/B di ruangan steril sebelum diluncurkan)




Teori yang banyak dipercaya oleh Para Ahli mengatakan bahwa dua kilatan cahaya Vela Incident adalah dua kilatan cahaya yang berasal dari uji coba Senjata Nuklir yang dilakukan oleh proyek gabungan anatara dua negara yaitu Afrika Selatan dan Israel. teori ini deperkuat dengan fakta bahwa karakteristik sinyal cahaya yang tertangkap oleh sensor satelit sangat mirip dengan karakteristik sinyal cahaya dari ledakan senjata nuklir yang dideteksi oleh sensor satelit dari 41 kali uji coba senjata nuklir yang sudah dikonfirmasi. Teori ini menjadi teori yang paling kuat diantara teori lainnya. Selain teori uji coba senjata nuklir, sebagian Para Ahli lainnya mempercayai bahwa dua kilatan cahaya tersebut berasal dari adanya debu atau meteorit kecil yang mengenai sensor dari Satelit Vela itu sendiri yang menyebabkan adanya Malfungsi pada sensor satelit itu.

Satelit Vela sendiri adalah satelit yang dibuat dan diluncurkan oleh Amerika Serikat dalam Project Vela yang berfungsi untuk mendeteksi ledakan senjata nuklir. Project Vela ini bertujuan untuk memonitor ledakan senjata nuklir, Setelah sebelumnya ada kesepakatan antara Amerika Serikat dan Uni Soviet yang bernama "Partial Nuclear Test Ban Treaty" pada tahun 1963, untuk menghentikan kegiatan program uji coba senjata nuklir kedua negara tersebut.

Satelit ini dilengkapi beberapa Instrumen yang di desain khusus untuk mendeteksi lendakan senjata nuklir yang melanggar kesepakatan antara Amerika Serikat dan Uni Soviet. Satelit ini dapat mendeteksi Sinar Gamma, Sinar X, dan Neutron. Satelit ini juga dlengkapi dengan Bhangmeter yang dapat mendeteksi dua kilatan cahaya yang berkaitan dengan uji coba senjata nuklir. Uji coba senjata nuklir sendiri biasanya menghasilkan dua kilatan cahaya yang berasal dari ledakan-nya. kilatan pertama bersifat pendek dan sekejap. Sedangkan kilatan kedua bersifat panjang dan lebih lama dari kilatan yang pertama. Fakta yang memperkuat teori senjata nuklir adalah, satelit ini sudah mendeteksi sebanyak 41 ledakan uji coba senjata nuklir, dan spesifikasi dari gelombang yang terekam dari kejadian ini sangat identik dengan gelombang yang terekam dari hasil uji coba senjata nuklir yang dikonfirmasi .



(Pola kilatan cahaya yang terdeteksi oleh sensor Satelit Vela 6911 pada 22 september 1979)





File:Orthographic projection centered on the Prince Edward Island.png
(Lokasi dimana dua kilatan cahaya terdeteksi)



setelah kejadian ini, pihak Angkatan Udara Amerika Serikat mengerahkan Pesawat Pengintai ke lokasi sekitar Laut Hindia dimana kilatan cahaya terdeteksi. Terhitung sejak tanggal 22 September 1979 sampai 29 Oktober 1979, untuk mengumpulkan sampel udara dari atmosfer di sekitar lokasi tersebut. Dari penelitian pola pergerakan arah angin yang dilakukan, jika uji coba senjata nuklir memang terjadi di area tersebut, seharusnya radiasi yang dihasilkan oleh ledakan senjata nuklir harusnya terbawa sampai ke barat daya australia. Entah sebuah kebetulan atau bukan, ada laporan bahwa di tenggara Australia di negara bagian Victoria dan Tasmania terdeteksi kadar Iodine-131 (Hasil dari reaksi Fisi nuklir) pada hewan Domba dengan tingkat radiasi yang rendah. Namun tidak ada laporan mengenai radiasi ini di New Zealand.

Ada beberapa negara yang "Dicurigai" menjadi dalang dari kasus ini diantaranya Israel, Uni Soviet, Afrika Selatan, India, Pakistan, dan Prancis. Namun, sampai saat ini belum ada satupun pihak yang menyatakan bertanggung jawab atas kejadian ini. Belum lagi, sebagian besar informasi mengenai kejadian ini masih Dirahasiakan.




(en.wikipedia.com)

Comments